AGAMA ZOROASTER
AGAMA
ZOROASTER


- 1. Sejarah dan
Perkembangan Agama Zoroaster
Agama Zoroaster adalah ajaran
filosofi yang dibawa oleh seorang nabi Persia kuno bernama Zarathustra yang
hidup sekitar tahun 1100-550 SM, beberapa ahli sejarawan berpendapat nabi ini hidup
sekitar 1600-600 SM. Inti ajaran Zoroaster adalah kepercayaan dan penyembahan
kepada Ahura Mazda (Tuhan yang bijaksana), karena itu Zoroaster sering di sebut
“Mazdayasna”.
Sebelum ajaran Zoroaster muncul,
penduduk di Persia menganut kepercayaan paganism, politheisme, dinamisme dan
animism, untuk itulah Zarathustra berusaha mengadakan pembaruan kepercayaan
diantara orang-orang Persia. Banyak ahli teolog menganggap agama Zoroaster
adalah bagian dari agama-agama Monotheisme, karena banyak ajaran-ajaran Zoroaster
mirip dengan agama Arbramik Yahudi, Kristen dan Islam seperti masa 6 hari
penciptaan, manusia pertama, kisah air bah, penyampaian nazar, tentang
penyucian dan lain-lain.
Namun anggapan ini sering di bantah
karena pada dasarnya Zoroaster juga masih mengakui dewa-dewa pagan yang
diantaranya adalah, Dewa vahista, Dewa Vohu manah (dewa sapi), Dewa
kesharta vairya, Dewa Spenta armaity, dan Dewa haurvatat, kelima Dewa ini di
definisikan dengan hakikatnya masing-masing.
Dahulu Agama Zoroaster adalah agama
resmi kerajaan Persia, namun seiring masuknya agama Islam di Iran, penganut
Zoroaster makin sedikit. Hanya beberapa komunitas Zoroaster saja yang masih
bertahan sampai sekarang, di tambah karena Agama Zoroaster tidak menekankan
missionarisasi dan ajakan konversi, tetapi mereka terbuka jika seorang ingin
konversi ke Zoroaster.
Saat ini mayoritas penganut
Zoroaster berada di Negara Iran dan sebagian di India, bahkan masih terdapat
bangunan-bangunan kuil Zoroaster di Iran baik di kota Teheran maupun di Yazd. Ciri
khas bangunan itu adalah mirip bangunan kuno dan terdapat lambang Faravahar
(ferohar) yaitu symbol roh penjaga.
Beberapa imigran Iran yang menetap
di New York, London, Los angeles adalah beragama Zoroaster, dan mereka telah
berbaur dengan penduduk sekitar yang beragama lain. Semakin sedikitnya
penganut Zoroaster apalagi setelah Revolusi Islam di Iran,
hanya segelintir yang masih mempertahankan kepercayaan dan agama asli Persia
kuno ini.
v Riwayat Hidup Pendiri
Zoroaster
Agama Zoroaster dibawakan oleh
seorang nabi bernama Zarathustra. Zarathustra lahir di sebelah Utara tanah
Iran, tepatnya di kota Azarbaijan. Ayahnya bernama Porushop Spitama, dari suku
spitam dan Ibunya, Dughdova. Menurut sejarah, Zarathustra lahir dari ibunya
yang masih dalam keadaan perawan, belum tersemtuh ayahnya. Pada saat
kelahirannya, kepala kaum majus di tanah Iran bernama Durashan mendadak
ketakutan karena ia memiliki firasat bahwa bayi tersebut akan menghancurkan
agama Majusi beserta pemujaan berhala dan akan memusnahkan kaum Majusi dari
permukaan bumi.
Pada usia tujuh tahun, ia mulai
memperoleh pelajaran keagamaan kependetaan secara lisan karena pada saat itu
belum ada pengetahuan menulis. Pada usia 15 tahun, ia sudah mulai menjadi
pendeta. Menjelang usia 20 tahun, ia gemar mengembara serta membantu
orang-orang yang melarat dan kesusahan. Dan pada usia itu ia dikawinkan oleh
ibunya dengan seorang gadis bernama Havivi.
Pada usia 30 tahun, ia mendapat
wahyu yang pertama. Diceritakan pada waktu ia sedang merayakan musim semi dalam
suatu perkumpulan, ia pergi saat fajar ke sungai untuk mencari air untuk
keperluan upacara Haoma. Ia menyebrang ke tengah sungai untuk mengambil
air, ketika hendak mengembil ke pinggir, ia menemukan dirinya dalam keadaan
kesucian ibadat (ritual), muncul dari unsur yang murni, air, dalam kesegaran
fajar musim semi. Ia melihat bayang-bayang di tepian sungai suatu zat yang
berkilauan yang menyebut diri sebagai Vohu Manah (itikad baik), yang
kemudian membawanya kehadapan Tuhan Ahura Mazda serta lima bentuk badan yang
bersinar. Dan saat itulah ia menerima wahyu.
Raja Vishtaspa menerima baik ajaran
Zarathustra, sebab filsafat Zoroaster sejalan dengan risalah pemikirannya
mengenai Tuhan bahwa inti dari gagasan ketuhanan tidak akan dicapai lantaran
adanya perubahan bangsa dan bahasa. Yang berubah-ubah hanya nama Tuhan yang
tunggal untuk seluruh alam. setiap bangsa menyebutnya dengan nama yang
diinginkan.
Setelah 47 tahun dengan usahanya
menegakkan kebenaran, nabi besar Iran ini wafat pada usia 77 tahun. Zarathustra
meninggalkan 3 istri, 3 putri, dan 3 putra. Keyakinan tentang Ahura Mazda,
Pengakuan keimanan (Credo/Syahadat) yang harus diucaokan setiap orang
yang beriman dalam agama Zarathustra. Keimanan yang paling pokok adalah
pengakuan terhadap Ahura Mazda. Menurut Zarathustra, alam semesta ini dikuasai
oleh kodrat Maha Bijaksana (Ahura Mazda) serta kodrat angkara murka (Angro
Mainyu). Agar manusia memperoleh keselamatan haruslah menundukkan diri
sepenuhnya kepada Ahura Mazda.
- 2. Ajaran-ajaran Agama
Zoroaster
Ada 4 kitab suci agama Zoroaster yaitu Kitab Yashna (berisi doa-doa
dan aturan ibadah), Kitab Visparat (pujian kepada
Tuhan), Kitab Vivedat (peraturan ritual keagamaan), dan kitab
Khode Avesta(berisi tulisan doa sehari-hari, puisi kepahlawanan dan
lain-lain).
Kitab suci agama Zoroaster adalah
Zend Avesta. Kitab ini terbagi dalam tiga bagian, yaitu:
- Gathas,
kitab yang berisi tentang “nyanyian” atau “ode” yang secara umum dan tepat
dinisbahkan kepada Zoroaster sendiri;
- Yashts
atau hymne korban yang ditujukan kepada berbagai macam dewa; dan
- Vendidat/ Vindevdat,
“aturan melawan syetan”,berupa sebuah risalah yang terutama menyangkut
ketidakmurnian ibadah dan prinsip dualisme yang diperkenalkan oleh
Zoroasternisme dan diuraikan sangat panjang dalam bidang kehidupan
praktis.
Gathas memuat ajaran-ajaran yang dikemukakan sendiri oleh
Zarathustra. Isi bagia kitab ini bertentangan dengan Yashts, yang
merupakan langkah mundur pada paganisme. Dalam Yashts, ditemukan suatu
konsep politeisme yang mirip dengan konsep yang terdapat dalam kitab suci agama
Hindu, Rig-Veda. Konsep politeisme inilah yang ditentang dengan oleh
Zoroaster. Baik dalam Yashts maupun dalam Rig-Veda dijumpai sejumlan
besar dewa dan setengah dewa.
Ajaran pokok dalam agama Zoroaster
yang terdapat dalam kitab-kitabnya mencakup:
- Manusia
Dalam teks yang berjudul “Nasihat
Pilihan dari Para Bijak Bestari Zaman Dulu” atau dikenal juga sebagai “Kitab
Nasihat Zartusht” ditemukan konsep tentang manusia. Manusia pada asalnya adalah
wujud gaib dan rohnya dalam bentuk Fravashi atau Fravahr, ada
sebelum jasmaninya. Baik jasad maupun roh adalah ciptaan Ohrmazd (Ahura Mazda),
dan roh tidak bersifat abadi. Manusia adalah milik Tuhan dan akan kembali
kepada-Nya.
Syetan atau Ahriman adalah penentang
Tuhan. Manusia dibebaskan memilih baik dan buruk. Menurut As-Syahrastani
mengatakan bahwa manusia bertugas untuk senantiasa membantu kebaikan dan cahaya
di tengah pergulatah Ahura Mazda dengan kejahatan dan kegelapan (Ahriman), yang
dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dengan berlandaskan atas kebebasan
memilih antara kebaikan dan keburukan.
- Tuhan dan Penciptaan
Zarathustra menyerukan ajaran
monoteisme untuk menyembah Tuhan yang tunggal, pencipta segala sesuatu dan
seluruh alam, baik yang berupa esensi (ruh) maupun materi (maddah).
Ahura Mazda adalah esensi murni yang
suci dari segala bentuk materi, yang tidak dapat dilihat oleh pandangan mata
dan tidak dapat ditangkap oleh akal manusia. Dzat Ahura Mazda dibagi dalam dua
rumusan penting. Pertama, bersifat transenden (Samawi) yang disimbolkan dengan
matahari, dan yang kedua bersifat imanen (Ardhi) yang disimbolkan dengan api.
Keduanya adalah unsur yang memancarkan cahaya, menerangi semesta, suci, serta
tidak terkontaminasi dengan hal-hal yang buruk.
- Etika
Moralitas Zoroaster diungkapkan
dengan tiga kata, yaitu humat, huklit dan huvarsht, yang artinya pikiran
baik, perkataan baik dan perbuatan baik.
- Kematian
Zoroaster tidak mengizinkan
penguburan dan pembakaran tubuh orang yang telah meninggal, karena dianggap
akan menodai air, udara, bumi dan api. Mereka menyelenggarakan ritus kematian
dengan menempatkan mayat di atas. Mayat di biarkan selama tiga hari di sebuah
ruangan lalu dibawa ke Dakhma atau Menara Ketenangan (Tower of Silence),
di tempat itu mayat akan di telanjangi lalu ditidurkan dan dibiarkan hingga
burung-burung memakannya, kemudian sisa-sisa tulangnya dibuang dalam sumur.
- Pengadilan Saat Kematian
Setiap roh manusia setelah kehidupan
dunia ini akan bergentayangan selama tiga hari di dekat jasadnya. Pada hari
keempat, roh menghadapi pengadilan di atas “Jembatan Pembalasan” yang dijaga
oleh Dewa Rashu yang bertindak sebagai hakim dan bertugas menimbang perbuatan
baik buruk manusia. Apabila baik roh tersebut langsung menuju surga. Apabila
buruk akan dimasukkan ke neraka. Apabila timbangannya seimbang maka roh
tersebut di bawa ke tempat yang bernama Hamestagan atau tempat campuran.
- Hari Kebangkitan (Eskatologi)
Konsep surga adalah keadaan yang
kembali kepada kehidupan dunia sebelum Ahriman. Surga seperti tempat reuni
keluarga besar dan kehidupan di dalamnya merupakan penyempurnaan alami dari
kehidupan di dunia serta kenikmatan yang abadi dengan tidak lagi memiliki nafsu
makan dan merupakan tempat roh memuji Ahura Mazda.
- 3. Praktek Keagamaan
Zoroaster
Tempat ibadah agama Zoroaster adalah
kuil (kuil api) yang umumnya berbentuk kotak, di dalam kuil api di biarkan
terus menyala sebagai perlambang kehadiran dewa-dewa juga sebagai lambang
kesucian. Tidak harus pergi ke kuil jika ingin melakukan ritual ibadah,
terkadang mereka berdoa di tempat luar seperti sungai-sungai, gunung, ladang
dan rumah masing-masing.
Melakukan upacara-upacara khusus,
seperti upacara penandaan atau Navjot (Kelahiran Baru), upacara
berkhitan dengan perkawinan serta upacara yang unik berkenaan dengan kematian.
Mayat yang dianggap badannya tidak suci harus dihancurkan secepat mungkin, ia
tidak boleh disentuh oleh 4 elemen suci, kemudian diletakkan pada suatu tempat
yang disebut Menara Kesunyian yang menghadap matahari. Puncak menara dibiarkan
terbuka agar burung-burung dapat memakannya. Kejadian ini dapat berlangsung
sekitar setengah jam, dan kerangka mayat memutih dalam waktu beberapa hari.
Kemudian dikumpulkan dan disimpan di terowongan di pusat menara, dan di sana
mereka remuk menjadi debu.
- 4. Aliran Agama Zoroaster
- Aliran Manu
1)
Tentang baik dan buruk (Dualisme)
2)
Ajaran menghentikan perkawinan
3)
Zuhud
4)
‘Ibadat
- Mazdak,
Aliran yang mempercayai dua tuhan,
yakni tuhan kebaikan dan tuhan keburukan. Selain itu, ajaran sosialismenya
menyatakan bahwa semua manusia itu sama, tidak memiliki strata sosial.
1)
Tsanawiyah, selain mengakui dualisme tuhan, mereka juga mengajarkan untuk
menyembah api, selain mereka menyambah berhala.
2)
Disahniyah, ajarannya mirip dengan ajaran Manu yang menyatukan dua ajaran,
Nasrani dan Majusi. Perbedaannya adalah menurut mereka bahwa Isa Al Masih
merupakan Allah yang diserupakan dengan manusia. Selain itu, mereka juga mempercayai
adanya hari akhirat.
- 5. Sekte-sekte dalam
Zoroastrianism
1)
Kelompok Shenshahi, merayakan Tahun Baru pada musim gugur sekitar bulan Agustus
atau September.
2)
Kelompok Qadimi, merayakan Tahun Baru pada musim panas sekitar bulan Juli atau
Agustus.
3)
Kelompok Fasli, merayakan Tahun Baru pada musim semi yaitu setiap tanggal 21
Maret.